
Sejauh ini kita mungkin mengenal sosok pahlawan yang memiliki fisik begitu gagah, tangguh dan kuat. Coba lihat bagaimana Hollywood menggambarkan para superhero atau anggota militer dan kepolisian yang terlihat begitu atletis. Tampaknya semua orang memang sepakat kalau mereka para pahlawan harus terlihat sempurna.
Lantas bagaimana jika pahlawan itu adalah seseorang yang penuh keterbatasan secara fisik? Tidak bisakah dia menjadi pahlawan dan menginspirasi?
Tentu saja tak ada yang melarang hal tersebut. Apalagi jika melihat sosok Elmi Sumarni Ismau. Perempuan asal Kupang, Nusa Tenggara Timur ini adalah bukti bahwa siapapun bisa menjadi pahlawan. Bahwa mereka yang hidup dengan keterbatasan fisik mampu mendobrak dan menjadi menonjol, jauh lebih hebat dari manusia pada umumnya.
Seperti apa kisah perjuangan Elmi dan mimpi besarnya? Simak terus artikel berikut ini yang dikutip dari IDN Times.
GARAMIN, Kendaraan Elmi Untuk Perjuangkan Hak Difabel
Entah disadari atau tidak, kalangan disabilitas tentu memiliki perjuangan yang lebih sulit daripada non-disabilitas hampir di seluruh pilar kehidupannya. Tak hanya pendidikan, pekerjaan, bahkan urusan kesehatan hingga transportasi umum, disabilitas kerap kali dirundung kecewa. Isu inilah yang rupanya menggerakkan hati kecil Elmi.
Mengalami takdir serupa, perempuan berusia 28 tahun ini memantapkan diri menjadi seorang aktivis disabilitas karena dirinya juga seorang difabel. Sebagai anggota PERSANI (Perkumpulan Tuna Daksa Kristiani), Elmi jelas paham betul bagaimana menjalin hubungan dengan para difabel sehingga memiliki ikatan yang kuat satu sama lain.

Ingin mengentaskan isu inklusi disabilitas, Elmi bersama lima orang rekannya mendirikan GARAMIN (Gerakan Advokasi Transformasi Disabilitas Untuk Inklusi) pada 14 Februari 2020. Berawal sebagai Wakil Direktur, Elmi kini menjadi Sekretaris GARAMIN dan berniat mengubah pola pikir masyarakat umum, pemerintah hingga kaum disabilitas itu sendiri atas para difabel yang selalu dianggap lemah dan perlu dikasihani.
“Saya sudah tertarik dengan isu disabilitas ini sejak kuliah, tapi waktu itu belum menjadi penyandang difabel meskipun udah jadi anggota PERSANI NTT. Karena kecelakaan tahun 2010 yang membuat kedua kaki saya diamputasi, saya mempunyai mimpi baru di bulan Oktober 2019. Waktu itu saya ingin membuat organisasi atau gerakan difabel dan lanjut kuliah S2,” cerita Elmi mengawali pembicaraan.
Berawal dari Sumba alih-alih Kupang, Elmi pun menemukan banyak sahabat difabel yang harus berjuang keras demi memenuhi hak-hak hidup mereka. Tak butuh waktu lama, GARAMIN pun akhirnya berdiri dengan anggota anak-anak muda dari berbagai latar belakang pendidikan dan kondisi fisik.
Terus Berjuang, Elmi Berhasil Raih SATU Indonesia Awards 2021

Tentu kisah perjuangan Elmi bukanlah sesuatu yang mudah dan indah. Salah satu yang seringkali menghambat perjuangannya bersama GARAMIN adalah ketika harus menghadapi infrastruktur di sekitarnya yang belum ramah bagi kalangan difabel.
“Ada juga hambatan waktu bersama teman-teman tuli, mereka diundang webinar atau sebuah kegiatan, tapi ternyata tidak ada juru bahasanya sehingga sulit memahami materi. Bahkan untuk rekan-rekan difabel netra, juga tak bisa membaca karena tak ada alat khususnya. Belum lagi anggapan masyarakat mengenai GARAMIN ini cuma kegiatan penggalangan dana, jadi kita mendapat perlakuan diskriminatif,” ungkap Elmi panjang lebar.
Namun meskipun demikian, Elmi tak pernah berhenti berjuang. Bahkan dalam waktu dua tahun terakhir, sudah ada banyak sekali kegiatan positif yang dilakukan GARAMIN. Salah satunya adalah upaya mengubah pandangan pemerintah terhadap isu inklusi disabilitas, di mana GARAMIN aktif menjalin komunikasi dengan dinas setempat.
Demi mengubah paradigma masyarakat atas kaum difabel, GARAMIN juga sering menggelar kampanye hingga diskusi bersama. Menjalin hubungan dengan media juga diperlukan supaya para difabel tidak lagi dianggap sebagai kalangan kelas dua dan cuma bisa merepotkan. Untuk mewujudkannya, GARAMIN juga menggelar berbagai kegiatan penelitian, jurnalisme hingga kelas menulis sampai bantuan bagi korban pandemi Covid-19.

Seolah Tuhan menjawab segala upayanya, Elmi pun akhirnya terpilih dalam program SATU Indonesia Awards (SIA) 2021. Dirinya pun teringat bagaimana sampai menuliskan 15 halaman tulisan, padahal yang dibutuhkan hanya satu halaman saja untuk kebutuhan SIA. Menurut Elmi, kala itu dia terlalu bersemangat menceritakan segala hal dan pandangannya atas kaum difabel serta GARAMIN.
Hasilnya, Elmi pun terpilih sebagai pemenang SIA 2021 untuk kategori khusus berkat kisah kehidupannya yang begitu inspiratif. Ke depannya, Elmi pun merangkai asa kalau GARAMIN akan mampu lebih banyak merangkul kaum difabel di Indonesia dan bisa menjadi lentera bagi mereka yang hidup dalam keterbatasan.
“Supaya bisa menjangkau rekan-rekan difabel yang lebih luas, kita harus tetap semangat berkolaborasi untuk membawa isu ini. Kami bahkan ingin melangsungkan program Desa Inklusi karena memang semua harus dimulai dari akar rumput, karena rekan difabel itu banyak yang tinggal di desa-desa,” pungkas Elmi optimis.