Sejak adanya media sosial, berteman ataupun menjalin komunikasi di dunia nyata kadang kala terasa belum cukup. Orang-orang yang tinggal serumah dan tiap hari ketemu pun, banyak yang tetap menjalin hubungan pertemanan atau saling follow di media sosial.
Media sosial sebagai bagian dari perkembangan teknologi, tidak ubahnya seperti dunia kedua bagi para penggunanya.
Sekalipun yang ditunjukkan di media sosial adalah apa yang memang menjadi bagian dari diri seseorang, tetapi hal tersebut tidak menjamin bahwa yang ditampilkan adalah gambaran kehidupan seseorang secara utuh.
Saya rasa sudah banyak buktinya orang-orang yang tampil baik-baik saja di media sosial, nyatanya sedang menghadapi moment-moment berat dalam hidup.
Ngomongin tentang media sosial, saya ingin berbagi cerita perihal pengalaman menggunakan fitur blokir dan batasi di media sosial. Meski banyak yang menganggapnya sebagai sesuatu yang terkesan jahat, tetapi tidak sedikit juga orang yang merasa terbantu dengan adanya fitur-fitur tersebut. Saya salah satunya yang merasa terbantu.
Saya menggunakan kedua fitur tersebut untuk menjaga jarak dari orang-orang yang tidak ingin saya lihat wujudnya dalam bentuk akun atau unggahan media sosial.
Pertama saya memblokir mantan, kedua saya memblokir dan membatasi teman yang sebenarnya nggak mau lagi saya anggap teman.
Bagaimana tidak, mereka itu penganut gitu aja baper. Maksud saya, mereka yang bikin salah, tetapi saya yang dibilang baper. Kalian sudah sering, kan, dengar atau baca kalimat sejak ada kata baper, kata maaf jadi makin sulit diucapkan. Nah, mereka itu yang jadi contohnya.
Dibanding memblokir mantan, membatasi ataupun memblokir teman memang rasanya lebih sulit. Alasannya jelas, kehilangan mantan ya saya sudah sangat baik-baik saja, tetapi kehilangan teman? Mmm … pada saat itu jawabannya masih abu-abu.
Sampai kemudian, mental saya kasih kode kalau saya sudah nggak kuat. Berhadapan dengan orang yang tidak bisa menghargai kita tuh rasanya memang secapek itu, Bestie. Lelah Hayati~
Akhirnya, dengan perasaan nggak keruan, fitur blokir dan batasi yang disediakan oleh media sosial, saya pakai juga.
Hasil Menggunakan Fitur Blokir dan Batasi
Saya benar-benar merasa jauh lebih baik. Nggak perlu ngadepin drama berlebihan. Nggak perlu capek-capek memikirkan perasaan yang-katanya-teman, padahal mereka juga bodo amat sama perasaan saya. Saya juga nggak lagi merasa sakit hati sendiri saat melihat akun atau unggahan mereka melintas di linimasa media sosial saya.
Kalian pernah nggak sih, ketemu orang meskipun secara nggak sengaja, terus merasa takut, mau nangis, dan nggak nyaman? Nah, kurang lebih seperti itu perasaan saya saat melihat “mereka” muncul di beranda media sosial. Rasanya pengen cepat-cepat kabur.
Ya, memang benar sih pada saat itu saya kehilangan teman dan kehilangan satu proyek yang sedang kami bangun bersama pada saat itu.
Namun, heiii … saya menemukan diri saya sendiri! Saya bisa lebih fokus dalam mengembangkan minat dan bakat diri sendiri. Awalnya saya berpikir saya akan kesulitan menemukan teman. Namun kenyataannya justru pada saat menghadapi masa-masa nggak enak waktu itu, saya jadi dapat rangkulan dari teman-teman lainnya. Intinya, saya jadi tahu mana yang benar-benar teman.
Ada yang bilang saya nggak dewasa. Namanya pertemanan pasti ada masalah, tetapi memutuskan pertemanan bukan satu-satunya solusi.
Ya memang benar sih. Saya juga tidak pernah menyarankan siapa pun untuk langsung memutuskan pertemanan ketika sedang punya masalah—dalam lingkar pertemanan.
Akan tetapi, yang perlu diingat, saya juga berhak untuk punya perasaan nyaman. Kalau cuma saya yang mikirin perasaan mereka, tetapi mereka semaunya saja dengan perasaan saya? Apa saya nggak K.O tuh?
Entah benar atau benar banget, tetapi bagi saya pribadi, memaafkan itu beda dengan melupakan.
Lagi pula, fitur-fitur tersebut kan ada untuk digunakan oleh yang membutuhkan. Masa saya anggurin.
Selain itu dibanding menghadapi drama pertemanan yang melelahkan, mending saya maraton drama Korea. Selain bisa dapat hiburan, bisa juga jadi ladang cuan. Iya, toh?
Ada yang sudah pernah memanfaatkan fitur blokir dan batasi ini?
Author :
Seorang ibu yang suka membaca dan sedang belajar menulis. Blasteran Jawa-Toraja, yang bisa disapa lewat IG dan Twitter @utamyyningsih