Era baru dunia pendidikan dengan adanya penerapan sistem Metaverse University. Telah ada beberapa universitas yang mulai mencoba konsep ini. Mereka bahkan telah mengklaim, bahwa universitas tersebut kini menjadi salah satu universitas yang masuk dalam kategori Metaverse University.
Jika menelisik asal mula istilah “Metaverse”, teman-teman akan menemukannya pertama kali disebutkan oleh Neal Stephenson. Istilah itu disebut pada karya novel sains-fiksi berjudul “Snow Crash” pada tahun 1992. Di dalam novel tersebut digambarkan orang menggunakan avatar digital dirinya untuk menjelajahi dunia virtual.
Konsep Metaverse adalah lompatan teknologi virtual dua dimensi (2D) beralih menjadi 3 dimensi (3D). Teknologi 2D hanya bisa melihat dan mendengar saja dalam suatu layar kaca. Namun, dengan teknologi 3D, teman-teman diperkenalkan pada kesan bahwa kita sekaligus menjadi subjek (pelaku) di dalamnya.
Jadi konsep Metaverse memungkinkan penggunanya bisa saling berinteraksi secara virtual. Media yang digunakan pun tidak terbatas hanya laptop, smartphone, atau tv, melainkan teman-teman juga dapat mengakses dengan kacamata augmented reality, headset virtual reality, dan sebagainya.
Metaverse adalah proses kolaboratif antara dunia virtual di mana orang saling berinteraksi tanpa harus tatap muka secara langsung dan keberadaan fisiknya digantikan oleh sebuah karakter atau avatar.
Metaverse University Konsep Baru Belajar Mengajar
Pembelajaran daring adalah satu kebijakan pemerintah saat pandemi Covid-19 melanda. Selama ini pemberian materi dan tugas serta untuk melakukan meeting, sepenuhnya memanfaatkan bantuan internet. Kebijakan ini membuat keterbatasan kontak sosial sehingga terasa ada yang kurang dalam prosesnya.
Konsep Metaverse University hadir menjawab kebutuhan interaksi meski berada di jarak berjauhan. Teman-teman bisa belajar di rumah, sekaligus tetap bisa merasakan bagaimana duduk di bangku kelas, berada di ruangan kelas, saat dosen memberikan materi. Jadi proses belajar, berinteraksi, dan bersosialisasi dilaksanakan dalam kampus virtual.
Metaverse University sudah mulai diperkenalkan di Indonesia. Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka (UHAMKA) adalah universitas pertama di Indonesia yang menerapkan konsep Metaverse dalam dunia pendidikan ini. Dalam melakukan berbagai kajian dan penelitian, UHAMKA bekerja sama dengan Balai Penelitian Teknologi Informasi (BPTKI) dan membuat banyak artikel mengenai Metaverse ini.
Aset Manfaat Islamic Metaverse
Konsep Metaverse memang tergolong baru dalam dunia pendidikan. Kehadirannya merupakan bentuk pengembangan teknologi yang harus disikapi dengan bijak. Terutama dalam konsep keagamaan Islamic Metaverse. Metaverse adalah langkah evolusioner berikutnya setelah munculnya internet dan media sosial.
Sebagai dunia rekaan/virtual kreasi manusia yang di dalamnya teman-teman bisa beraktivitas seperti halnya di dunia nyata. Di era Metaverse, batas antara dunia nyata dan dunia maya menjadi tipis dan kabur. Kenyamanan di dunia rekaan itu bisa saja membuat lupa sedang berada di dunia maya.
Berhubung ini merupakan sesuatu yang baru, sekiranya perlu kajian komprehensif dan holistik dari sisi konseptual, desain, dan kompetensi dalam ikhtiar memanfaatkan sebagai Islamic Metaverse. Universitas Islam khususnya Fakultas Dakwah dan lembaga-lembaga dakwah, harus berada di garda terdepan guna menyongsong dan menjawab tantangan tersebut.
Idealnya, kampus Islam khususnya fakultas dakwah dan lembaga dakwah harus mampu melahirkan generasi yang mampu memanfaatkan secara positif konsep Metaverse untuk kepentingan dakwah, dan meminimalisir dampak negatifnya. jangan sampai hanya menjadi konsumen, tapi musti menjadi produsen konten dakwah yang kreatif dan atraktif.
Perkembangan teknologi sudah seyogianya dimanfaatkan sebagai sarana dakwah dengan konsep Islamic Metaverse. UHAMKA sudah memulainya dengan penerapan Metaverse University yang diharapkan bisa diikuti universitas lain di Indonesia sehingga aset manfaat tersebut bisa dimaksimalkan dengan kebermanfaatan.